Bosan dengan pantai berpasir? Yuk, cari angin ke Pantai Kolbano. Pantai unik yang bertabur kerikil warna-warni.
Kolbano adalah sebuah desa di pesisir selatan Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Berjarak sekitar 130 kilometer dari ibu kota Kupang. Secara geografis, pantai indah ini dekat sekali dengan Australia. Jarak Pelabuhan Kolbano dengan Negeri Kanguru tersebut hanya 147 kilometer saja.
Nama kolbano diambil dari bahasa setempat, yakni kolhanbano. Kol berarti burung, han berarti suara, dan bano berarti giring-giring. Menurut cerita masyarakat setempat, pada suatu sore Raja Sole mendapati tanaman jewawut di kebunnya rusak oleh burung kecil yang bersuara seperti giring-giring. Sejak itu, ia memutuskan untuk menamakan negerinya kolhanbano yang lama-kelamaan menjadi Kolbano.
Sejak tahun 1970-an, Kolbano yang terletak di bibir Samudera Hindia terkenal sebagai sumber kerikil atau batu licin. Permukaan kerikil-kerikil tersebut merupakan perpaduan antara merah, hijau, kuning, hitam, beberapa memiliki motif dan terdiri dari tiga warna yakni merah, hitam, dan krem. Kerikil dari Pantai Kolbano terus ditambang, khususnya untuk memenuhi permintaan kerikil dekorasi, pemanis taman-taman kota besar.
Perjalanan darat menuju Kolbano bisa ditempuh 4-5 jam dari Kupang. Transportasi yang tersedia antara lain bis umum dan mobil sewa. Setiap hari hanya ada satu bis umum yang berangkat pagi dari terminal bis di Kupang menuju Kolbano. Jadi umumnya wisatawan memilih menginap semalam di Kupang, lalu mereka berangkat keesokan pagi dengan bis umum. Sampai Kolbano, wisatawan perlu mencari rumah penduduk untuk menginap atau memesan tempat di Mess Pemda Timor Tengah Selatan. Kawasan Pantai Kolbano sangat terpencil sehingga tidak tersedia akomodasi berupa hotel.
Di Kolbano, wisatawan masih bisa menemukan bangunan peninggalan Belanda yang berdiri pada 1907 untuk memperingati pertempuran masyarakat setempat melawan penjajah Belanda. Sebelum Belanda datang, Kolbano adalah tempat dagang terkenal untuk madu dan cendana. Pedagang dari China, Portugal, maupun India kerap singgah untuk membeli dua komoditas tersebut dari masyarakat Timor.